WKRnews - Para ilmuwan mendemonstrasikan dampak proses evolusi yang mempercepat proses invasi kodok tebu.
Evolusi ini menjelaskan mengapa kodok yang biasa ditemukan di perkebunan tebu bisa dengan cepat menyebar keluar habitatnya, kata para peneliti.
Mereka menemukan kodok yang hidup di pinggiran habitat mereka bisa dikategorikan sebagai ''kodok super pelintas batas'', mampu bergerak di luar habitatnya sendiri.
Dan ketika kodok-kodok yang hidup di perbatasan habitat ini beranak-pinak, keturunan mereka mewarisi kemampuan untuk melintas batas itu.
Fenomena yang oleh para ilmuwan diberi nama Olympic Village Effect (dampak perkampungan Olimpiade), pernah diusulkan sebelumnya karena ilmuwan yang sama mengamati bahwa kodok yang tinggal di pinggiran mempunyai kaki depan yang lebih besar kaki belakang yang lebih kuat. Semua itu diperlukan untuk melintas ke wilayah baru.
Dalam penelitian mereka, para peneliti melakukan semacam lomba adu cepat kodok tebu.
Dr Ben Phillips dari Universitas James Cook di Queensland, Australia mengumpulkan kodok dari empat kawasan yang berbeda.
Ia menangkap 10 kodok dari habitat utama mereka, dan masing-masing sepuluh juga dari tiga wilayah yang menyebar semakin jauh dari habitat utama.
Ia membawa kodok-kodok itu ke sebuah fasilitas penelitian di Darwin, kemudian memasangi mereka dengan pemancar radio dan dilepas. Pemancar radio itu memungkinkan pergerakan kodok itu untuk dipantau oleh peneliti. Dan seperti diperkirakan, kodok dari daerah pinggiran bergerak lebih cepat.
Untuk memastikan peningkatan kekuatan dan kecepatan mempunyai basis genetik dan bisa diwarisi, Dr Philips melakukan penelitian lebih lanjut.
Kodok-kodok yang ia tangkap, yang berasal dari daerah tangkapan yang sama dibiarkan beranak pinak. Kemudian kembali kodok-kodok generasi kedua itu diadu.
Kodok dengan orang tua dari daerah pinggiran kembali terbukti lebih kuat dan cepat, membuktikan bahwa mereka mewarisi kekuatan dan kecepatan dari orang tua mereka.
''Ini merupakan berita buruk,'' kata Dr Phillips. ''Artinya mereka semakin kuat dan cepat untuk menyebar ke daerah baru.''
Yang lebih parah lagi, demikian kata para peneliti tadi, semua pergerakan penyebaran binatang mengikuti pola seperti ini.
Dan binatang-binatang ini juga lebih cepat beranak pinak. Walau ini diperkirakan kemudian menjadi kelemahan mereka.
''Mereka harus mengorbankan sesuatu hal untuk melakukan itu,'' kata Dr Philips. ''Dalam perkiraan kami, mereka mengorbankan sistem kekebalan tubuh mereka.''
Karena kodok yang lebih besar dan lebih cepat ini berpindah dengan cepat, mereka kemungkinan tidak sempat terkena penyakit ataupun parasit. Kemungkinan sekali mereka bebas dari berbagai penyakit yang biasa di dapat di habitat utama mereka.
Ini membuat anak turun mereka kemungkinan tidak cukup mempunyai kekebalan alami. Dan kalau ini benar maka para ilmuwan mungkin bisa membuat semacam pertahanan biologis untuk menanggulangi penyebaran kodok ini.
Kodok tebu pertama kali diperkenalkan di Australia tahun 1935 untuk menanggulangi hama perkebunan tebu di Queensland. Gagal menanggulangi hama tebu tersebut mereka malah menjadi satu dari 100 spesies paling mengganggu di dunia.
Wilayah mereka menyebar hampir di seluruh Queensland dan masuk ke wilayah Northern Territory.(bbc)
Home » Artikel » Evolusi dan Penyebaran Kodok Tebu
Evolusi dan Penyebaran Kodok Tebu
Sabtu, 23 Oktober 2010Tags:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Tuliskan Komentar Anda