JAKARTA - Produksi gula hingga Agustus ini turun drastis. Berdasar data retaksasi (penghitungan kembali stok), stok Agustus mencapai 2,28 juta atau merosot jauh dari asumsi sebesar 2,8 juta.
Menurut Menko Perekonomian Hatta Rajasa, turunnya nilai produksi gula disebabkan adanya iklim kemarau basah. "Bisa dilihat dari bulan Juli-Agustus yang biasanya Jakarta tidak pernah banjir, tahun ini hujan bahkan seperti tidak pernah berhenti," ujar Hatta di kantornya, Jumat (27/8).
Kendati demikian, Hatta menyatakan, pemerintah masih belum memutuskan untuk melakukan impor gula. "Tapi retaksi stok gula kristal putih hasil produksi untuk kebutuhan rumah tangga dilaporkan sudah turun dari Juli 2,52 juta ton menjadi 2,28 juta ton pada Agustus," ujarnya.
Namun, lanjut Hatta, penurunan produksi gula bukan hanya terjadi di Indonesia melainkan juga terjadi di hampir belahan dunia lain yang diakibatkan iklim global yang cenderung ekstrim. "Upaya negara-negara yang menambah stok pangan ini, ini kita waspadai karena harga pangan kemungkinan akan naik," ujar Hatta.
Pemerintah sendiri belum memutuskan kapan dan berapa besarnya impor gula. Namun untuk kebutuhan gula rumah tangga setahun ini diperkirakan jumlahnya akan mencapai 2,7 juta ton dan sebagiannya sudah ada stok impor sebesar 450 ribu ton.
"Dari tambahan sisa persediaan gula awal tahun juga masih ada sebesar Rp 352 ton. Jadi untuk tahun ini persediaan gula aman," tambah Deputi Koordinasi Bidang Pertanian dan Kelautan Kementerian Perekonomian Diah Maulida, pada kesempatan yang sama. [hid/inilah]
0 komentar:
Tuliskan Komentar Anda