MALANG - Sekelompok seniman jaranan di Lawang, Kabupaten Malang, dikerjai orang yang mengaku pejabat untuk kepentingan acara ritual seorang calon bupati Malang. Mereka pun menurut saat diminta menari telanjang dengan tubuh berbalur cat hitam.
Peristiwa Minggu (11/7/2010) sore sampai petang itu bermula dari sebuah kontak telepon dari orang yang mengaku Drs Bambang Hery Eriyono MSi, Asisten Kesejahteraan Rakyat Sekdakab Malang, kepada Djumadi, Carik Desa Bedali, Kecamatan Lawang, Sabtu (10/7/2010). ‘Bambang’ meminta Djumadi mencarikan kelompok jaranan di Lawang yang bisa ditanggap untuk ritual kemenangan calon bupati Malang, Rendra Kresna.
Sebagaimana diketahui, Rendra saat ini menjabat Wakil Bupati Malang. Dia mencalonkan diri sebagai bupati dalam Pilbup Malang, Agustus mendatang, bersama pasangannya, M Subhan.
Adapun acara ritual versi orang yang mengaku suruhan Rendra ini mengharuskan kelompok kesenian jaranan menyediakan lima celeng (orang yang berperan kesurupan) dengan usia di atas 40 tahun. Padahal, biasanya, celeng diperankan anak-anak atau remaja.
Lima celeng ini juga diharuskan untuk menindik bagian wajah, kemudian dipasangi anting-anting terbuat dari uang logam Rp 100. Jumlah tindik 40 buah, tersebar di kuping (10 tindik), hidung, mulut, dagu sampai alis mata. Jika tindik dan anting-anting dipasang, dipastikan seluruh wajah akan tertutup koin.
Djumadi kemudian menghubungi Mulyadi, selaku ketua Sanggar Kesenian Jaranan Turonggo Budoyo Putro di Dusun Pilang RT 1/RW 13 Desa Sidodadi, “Mulanya saya ragu juga, khususnya masalah pembayaran dan tindik, namun orang yang ngaku Bambang itu bicara enak dan meyakinkan bahwa ini ritual untuk kemenangan Rendra,” terang Mulyadi, Senin (12/7/2010).
Sang penelepon, ‘Bambang’, selain menjanjikan uang Rp 500.000 untuk tindik juga menjanjikan menjadikan lima celeng sebagai pegawai pegawai negeri sipil (PNS) Kabupaten Malang. ‘Bambang’ bahkan menegaskan bahwa sekelompok orang di Kecamatan Dampit juga telah diganjar status PNS sesudah melakukan ritual tertentu.
Mulyadi kemudian berdiskusi dengan lima anggotanya —Sutamin, Hendro, Nurhadi, Suryadi, dan Puguh—, namun hanya Hendro yang setuju dan berani ditindik. “Pergi ke puskesmas dan rumah sakit, dokternya malah tidak berani masang tindik. Alasannya, kena urat dan berbahaya,” ucap Hendro, yang beranting di kuping kiri.
Tak mampu melaksanakan permintaan pemesan ritual, Mulyadi melapor ke Djumadi, yang kemudian meneruskan laporan ke ‘Bambang’ via telepon. ‘Bambang’ pun mengubah ritual, di mana lima celeng diminta tampil telanjang, hanya mengenakan tutup kemaluan terbuat dari pelepah pisang, dan ubuh dibalur cat warna hitam.
“Kami setuju. Setelah jadi celeng-nya (kesurupan, Red), rencananya kami akan dijemput dengan mobil, dibawa ke pendopo (Kantor Bupati Malang, Red) atau Jalan Semeru. Katanya, di situlah ritual sesungguhnya akan dilakukan,” kata Nurhadi.
Maka, ada hari yang ditentukan, Minggu (11/7/2010) sore, rombongan jaranan tersebut beraksi di Balai Desa Bedali. Aksi nyaris telanjang itu pun menjadi tontonan banyak orang. Hanya, para penonton tidak mengetahui bahwa aksi ini akan digunakan untuk ritual magic.
Namun, ternyata sampai Minggu petang pukul 18.00 sore, mobil yang dijanjikan ‘Bambang’ tidak datang. Mulyadi akhirnya memutuskan menghentikan pertunjukan, dan meminta Giman —pawang jaranan— menyadarkan kawan-kawannya.
“Sejak itu, orang yang mengaku Bambang tidak lagi menelepon. Pak Djumadi bingung. Kami sendiri juga bingung dan kecewa karena ditipu. Baru kali ini, sepanjang 20 tahun main jaranan saya kena tipu,” kata Sutamin, dengan wajah geram menahan amarah.
Sutamin dan kawan-kawan diduga menjadi korban gendam via kontak telepon. Beberapa waktu lalu muncul kasus serupa dengan modus permintaan menato wajah di sejumlah kota di Jatim. (*/tribunnews)
Home » Hukum dan Kriminal » 5 Penari Jaranan di Gendam
5 Penari Jaranan di Gendam
Selasa, 13 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Tuliskan Komentar Anda