YOGYAKARTA - Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Mbah Maridjan sama-sama juru kunci Tanah Jawa. Yang pertama, adalah petinggi keraton Yogyakarta, sedangkan Mbah Maridjan petinggi Merapi.
Namun wafatnya Mbah Maridjan yang kini menjadi legenda masyarakat Jawa, tidak tergantikan siapapun karena ia lekat dengan tanah leluhur, Merapi, yang merenggutnya hingga gugur.
Apalagi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X belum memiliki rencana mencari pengganti Mbah Maridjan.
Gubernur HB X sempat menyatakan bahwa Mbah Maridjan dapat selamat jika mau meninggalkan rumahnya sebelum letusan Merapi meletus. Namun Gubernur yang Sultan Yogya itu keliru bahwa Mbah Mardijan bukanlah politisi atau perwira polisi yang mudah lari dari tanggung jawab di medan laga.
Mbah Maridjan rela berkorban. "Ia berkorban luar biasa, sampai akhirnya gugur di medan laga", kata Prof Dr Damardjati Supadjar, Javanolog dari UGM.
Mbah Maridjan memang wafat, namun jiwa dan spiritnya hidup. Banyak orang Jawa percaya, spirit dan jiwa Mbah Mardijan bakal mendinginkan Merapi, menyelamatkan rakyat. Ia dipercaya jadi pusaka tanah Jawa bagi Indonesia.
Karena itu, Sri Sultan harus memberikan perhatian pada bagaimana menempatkan jasad Mbah Mardijan secara terhormat. Kalau perlu, Mbah Mardijan dimakamkan di puncak mahameru Merapi itu, demi memori sosial akan keikhlasan, ketabahan dan keyakinan dari Eyang Maridjan ini.
Istilah juru kunci Merapi bagi Mbah Maridjan, yang dilantik Maret 1983 oleh Sultan Hamengku Buwono (HB) IX itu, juga tidak linier, multidimensi dan kaya metafor. Karena itu, sangat sering membuat orang dengan logika lurus terpeleset menafsirkannya.
Mengapa ia menjadi juru kunci Merapi? Ini bertalian dengan wilayah Merapi sebagai kawasan milik Keraton Yogyakarta. Keraton punya tradisi mengangkat juru kunci Merapi sebagai bagian dari "pandangan dunia" lazimnya keraton Jawa, tentang garis magis imajiner antara Gunung Merapi, Keraton, dan Parangtritis di Pantai Selatan, Yogyakarta.
"Maka Mbah Maridjan sebaiknya diberi tempat terhormat, kalau bisa di puncak Mahameru merapi itu, untuk mengenangnya sebagai pejuang rakyat yang tulus dan "khusnul khotimah", kata Mohamad Asrori Mulky, peneliti Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Universitas Paramadina. [mdr/inilah]
Home » Artikel » Sultan dan Mbah Maridjan, Sama-sama Juru Kunci
Sultan dan Mbah Maridjan, Sama-sama Juru Kunci
Kamis, 28 Oktober 2010Tags:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Tuliskan Komentar Anda