WASHINGTON - Lebih dari separuh dari wanita hamil yang terinfeksi HIV di negara-negara miskin menerima obat penting AIDS untuk melindungi anak-anak mereka yang belum lahir tahun lalu.
Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan, hal itu dilakukan sebagai upaya perbaikan dalam perang global melawan HIV. Sebanyak 15% dari wanita hamil yang terinfeksi memiliki akses mendapatkan terapi lima tahun lalu. Ini sebuah lompatan penting dalam upaya menghilangkan penularan HIV dari ibu ke bayi pada 2015.
Secara keseluruhan, laporan 'Towards Universal Access' menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah orang yang memakai antiretroviral treatment (ART) untuk menyelamatkan nyawa pada tahun lalu, yakni mencapai rekor 5,2 juta orang di negara-negara berpenghasilan menengah dan miskin.
Namun, hanya sepertiga dari orang yang membutuhkan bisa mendapatkan obat-obatan. Kebanyakan orang yang hidup dengan HIV tidak tahu soal ini. Laporan menyimpulkan bahwa hal ini juga memperingatkan bahwa krisis ekonomi bisa membahayakan keuntungan dari sebuah perawatan jika investasi untuk perang global melawan HIV oleh negara miskin dan negara-negara kaya sama-sama goyah.
"Ini adalah momentum penting. Kita perlu mempertahankan momentum," kata Direktur AIDS WHO, Dr Gottfried Hirnschall, kepada The Associated Press.
Laporan ini muncul menjelang pertemuan minggu depan tentang anggaran 'Dana Global' untuk Memerangi AIDS, Tuberkulosis dan Malaria, sebuah kelompok internasional yang juga telah menjadi penyandang dana penting.
Di antara temuan laporan, dari WHO dan PBB:
- Sebanyak 15 negara, termasuk Afrika Selatan, Botswana, Namibia dan Swaziland - disediakan obat-obatan hamil untuk sebagian besar mereka, dan jasa untuk mencegah penularan ibu-ke-anak tahun lalu.
- Sebanyak 14 negara, termasuk Brazil, Namibia dan Ukraina, diberikan pengobatan HIV kepada lebih dari 80% anak-anak mereka yang positif HIV.
- Sebanyak delapan negara diberikan pengobatan HIV kepada lebih dari 80% orang dewasa yang membutuhkan. Negara tersebut adalah Botswana, Kamboja, Kroasia, Kuba, Guyana, Oman, Rumania dan Rwanda. Sedangkan 21 negara lain semakin dekat dengan target pengobatan. [mor/inilah]
0 komentar:
Tuliskan Komentar Anda