MAKASSAR - Ketegangan akibat konflik di Tarakan, Kalimantan Timur (Kaltim) belum benar-benar reda. Warga pendatang yang panik mencari aman keluar dari wilayah Tarakan.
Andi Syarifuddin (36), warga Jalan Mulawarman Lapangan, Kota Tarakan keturunan bugis menuturkan ia terpaksa mengungsi ke Balikpapan bersama isteri dan kakak iparnya.
Sejak pagi, ia berusaha mencari tempat yang aman, berbekal baju di badan dan uang yang tersisa ia menuju Markas Kodim (Makodim) Tarakan.
"Sebenarnya tidak ada rencana ke Balikapapan tetapi di Makodim sudah penuh, kami pun langsung menuju bandara dan mengambil tiket ke Balikpapan," tuturnya, Rabu (29/9) malam.
Ditambahkannya, pukul 12.30 WITA, ia dan 15 orang tetangganya langsung membeli tiket Lion Air menuju Balikpapan, dan sebagian lainnya menuju Makassar. Menurut Syarif, di kursi di pesawat itu seluruhnya terisi penumpang.
Ia yang rumahnya sekitar 500 meter dari rumah warga yang dibakar menuturkan, di bandara ia membeli tiket yang tersisa sejak pagi tadi. Selain ia masih banyak ratusan warga pendatang lainnya yang masih menunggu berangkat ke luar Tarakan.
Ketika ditanyakan apakah ia akan kembali ke Tarakan, pengusaha properti yang isterinya sebagai penjual pakaian di pasar ini akan melihat situasi melalui media massa saja.
"Ya saya akan liat-liat kondisi dulu, ada usaha juga di sana sayang kalau ditinggal, kita juga sudah menyatu dengan penduduk asli tapi kalau masih membahayakan kami akan menetap di Balikpapan dulu," pungkasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya bentrokan yang terjadi di Tarakan, Kalimantan Timur, dipicu oleh penusukan terhadap Abdurahman Syah, tokoh suku Tidung oleh lima orang tidak dikenal. Tidak terima kemudian keluarga dari Abdurahman Syah mencari para pelaku, hingga terjadi bentrokan yang menyebabkan tewasnya Abdullah yang merupakan ayah dari Abdurahman.
Situasi Kota Tarakan, Kalimantan Timur mencekam. Rabu (29/9) pagi, dua mayat tergeletak di jalan Yos Sudarso. Kondisi dua mayat tersebut dikabarkan penuh dengan luka sabetan senjata tajam. Kepala mayat terlihat hampir putus. Bercak darah menempel di jalan. [mah/inilah]
0 komentar:
Tuliskan Komentar Anda