TIDAK habis pikir sampai ada yang menilai wajar bila tes CPNS isinya menebak judul lagu karya Presiden SBY. Bagi saya, ini sudah menunjukkan ada sindroma kekuasaan yang berlebih dan membuktikan otoriteritas yang sifatnya hanya permukaan saja.
Bila yang ditanyakan alasan kenapa Presiden tidak jadi berangkat ke Belanda, itu jauh lebih menunjukkan kualitas seorang pemimpin sejati yang bisa dilihat objektifitasnya. Sungguh sangat disayangkan juga mentalitas atasan bawahan yang ternyata masih sangat kental sekali.
Mungkin terdengar aneh bagi sebagian masyarakat bila saya mengusulkan tes masalah seksual dan perilaku kejiwaan seksual bagi calon pemimpin. Hal ini dibuktikan pada saat saya men-tweet sebuah radio swasta di Jakarta, mereka langsung merespon dan ingin tahu alasannya lebih detail.
Begitu juga ketika saya mengirimkan tulisan ke beberapa media mengenai hal ini, banyak yang menolak karena berbagai alasan. Bisa dipahami dan dimengerti karena masih ada yang tidak paham dan mengerti seks itu apa sebenarnya. Apalagi hubungannya dengan pemimpin. Ditambah lagi dengan penilaian terhadap 'seks' dianggap enteng dan tidak penting. Bukankah begitu?!
Masalah seks masih dianggap tabu untuk diperbincangkan dan seringkali dianggap remeh karena tidak dipelajari dan dicermati dengan seksama. Padahal, seks sangat penting dan tidak ada seorang manusia pun yang lepas dari seks. Disadari maupun tidak disadari, diakui ataupun tidak diakui, mereka yang memiliki gangguan kejiwaan dan masalah seksual memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat, bangsa, dan juga negara.
Apa ada pemimpin yang mau mengakui dirinya mengalami masalah gangguan kejiwaan dan masalah seksual? Apa ada masyarakat umum yang juga mau menyadarinya? Semua dapat dibuktikan dari perilakunya sehari-hari.
Kita ambil contoh yang paling mudah saja yang banyak terjadi di dalam kehidupan masyarakat sekarang, yaitu Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Para pelaku KDRT kebanyakan adalah mereka yang memiliki kepribadian sangat lemah dan cenderung tidak memiliki kekuatan mandiri.
Karena itulah untuk menunjukkan kekuatan dan kehebatannya, mereka melakukan tindakan kekerasan terhadap pasangannya maupun keluarganya. Ditambah lagi rasa ketakutan yang sangat kuat karena tidak mampu berdiri sendiri. Mereka cenderung ketakutan untuk ditinggalkan, karena pada dasarnya orang yang seperti ini bisa dikatakan sebagai seorang pengecut.
Mereka yang suka melakukan tindakan kekerasan dan mempermalukan yang lainnya, ini termasuk dalam kelompok mereka yang memiliki kelainan jiwa sadomasochism (S&M). Mereka senang berlaku tindak kekerasan dan bahkan cenderung kejam terhadap yang lainnya untuk mendapatkan kepuasan pribadi atau orgasme baik secara fisik maupun psikologis.
Sayangnya, hal ini banyak tidak disadari oleh pasangannya yang karena juga pengecut dan takut dengan berbagai macam alasan, tidak mau melaporkannya atau berusaha untuk melepaskan diri. Sehingga tentunya kemudian, bila ini dilakukan oleh seorang pemimpin dan pasangan seorang pemimpin, maka sama-sama tidak memikirkan kepentingan masyarakat banyak tetapi hanya kepentingan pribadi semata. Mereka yang senang dan menjadi terbiasa dengan tindakan kekerasan, terutama pada masalah seksual, maka bisa dikategorikan juga memiliki kelaian kejiwaan sadomasochism.
Menikmati semua kekejaman dan kekerasan itu, juga demi kepuasan pribadi atau untuk mencapai orgasme baik secara fisik maupun psikologis. Sehingga, tak peduli bila pasangannya itu berlaku kejam dan keras terhadap yang lainnya, karena memang itu sudah menjadi kebutuhan dan kebiasaannya juga, meski sering mengadu dan menangis ke sana ke mari untuk meminta pertolongan dan bantuan. Tanpa disadari itu juga bisa menjerumuskan mereka yang hendak dan memberikan bantuan serta pertolongan. Bagaimana dengan ancaman dari sang suami?! Sadarkah bahwa suaminya juga memiliki kemungkinan untuk mengancam dan melakukan tindakan kekerasan dan kekejaman terhadap yang menolong dan memberikan bantuan kepadanya?! Berapa banyak sudah yang menjadi korban?! Maukah mengakuinya?!
Sebagai catatan penting, sadomasochism sering diasumsikan sebagai sebuah pilihan hidup dan kebebasan dalam mengekpresikan diri, tetapi sudah dibuktikan lewat penelitian dan dipublikasikan dalam “Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder” yang dipublikasikan pada tahun 1994, bahwa sadomasochism adalah kelainan kejiwaan dan masalah gangguan seksual. Sebuah kelainan dan gangguan serius yang harus ditangani secara serius oleh para ahlinya karena sangat berpengaruh kepada kehidupannya secara sosial, pekerjaannya, dan juga fungsi-fungsi penting lainnya di dalam bermasyarakat.
Seseorang yang tidak mampu mengendalikan dirinya di dalam rumah, tidak akan mampu mengendalikan dirinya juga sendiri di luar rumah. Keinginan untuk mendominasi dan berkuasa untuk menutupi kelemahan dirinya menjadi berlebih sehingga segala tindakan dan perbuatan serta keputusan yang diambilnya seringkali tidak menjadi objektif dan hanya untuk memenuhi kepentingan serta hasrat pribadi sendiri saja. Apalagi jika ini disebabkan oleh masalah gangguan seksual dalam kehidupannya sehari-hari. Adalah sebuah bukti dan fakta dari hasil riset di seluruh dunia bahwa mereka yang memiliki masalah dan gangguan seksual, terutama disfungsional ereksi dan premature ejaculation atau ejakulasi dini pada pria dan masalah ketidakpuasan mencapai orgasme pada wanita, adalah mereka yang paling keras dan paling berambisi untuk menutupi segala kekurangannya itu dengan cara apapun juga.
Menjadi semakin bertambah hebat lagi mengingat mereka yang tidak melakukan hubungan seksual secara sehat dan juga tidak bisa mencapai orgasme secara sempurna, kemungkinan untuk bisa berpikir jernih secara tenang dan sehat juga menjadi semakin sulit. Hormon endorphine yang dihasilkan setiap kali mencapai orgasme, yang berfungsi sebagai zat penenang alami yang diproduksi oleh tubuh bila tidak dikeluarkan, maka kondisi fisiknya menjadi tidak seimbang. Tentunya ini akan sangat berpengaruh kepada kondisi psikologisnya. Semakin tidak bisa tenang, semakin tertekan, semakin terancam, semakin takut, penuh dengan kekhawatiran dan curiga berlebihan, rasa cemburu yang tinggi, maka semakin tidak bisa juga mengendalikan diri.
Lebih hebatnya lagi, karena mereka yang memiliki kelainan kejiwaaan dan masalah gangguan seksual seperti ini tidak mau mengakui dan cenderung untuk menutupinya, maka biasanya dengan sangat mudah mencari pasangan lain untuk membuktikan kehebatannya tersebut. Memiliki pasangan lain atau simpanan juga “membeli” dan “membayar” yang lain untuk merasa hebat adalah hal yang paling sering dilakukan. Tentunya dengan tidak terang-terangan dan sembunyi-sembunyi. Mana ada penakut yang berani menunjukkan bagaimana dia yang sebenarnya dan mau mengakuinya secara jujur?!
Pasangannya pun sama juga, karena manusia selalu memiliki dua sisi, maka ada kecenderungan pasangan tersebut lari untuk mendapatkan perhatian dalam bentuk yang lain kepada yang lain. Menjual kesedihan dan air mata bahkan juga “membeli” dan “membayar” mereka yang mau memberinya perhatian serta kasih sayang hanya untuk memenuhi kepuasan diri semata. Tentunya sama juga, mana ada penakut yang berani mengakuinya?! Mana ada orang sakit jiwa yang mau mengakui dirinya sakit?! Mana ada juga orang yang sakit jiwa mau berobat bila tidak mau mengakuinya dan menyadarinya?!
Hubungannya dengan korupsi?! Tentunya ada. Mereka tentunya harus berputar otak untuk bisa mendapatkan uang lebih agar bisa memenuhi hasrat, ambisi, serta kebutuhan mereka. Tak cukup dari penghasilan yang halal, penghasilan yang tak halal pun tentunya tak mereka sia-siakan. Di mana ada kesempatan, bahkan kalau perlu membuat celah dan kesempatan, di sana mereka melakukannya. Apa mereka peduli?! Tentunya tidak. Mana ada orang kelainan kejiwaan memiliki empati dan simpati?! Yang diutamakan hanyalah diri sendiri saja.
Semoga ini semua menjadi bahan perenungan bagi semua agar menyadari bahwa seks bukanlah sesuatu yang tabu dan remeh temeh untuk tidak diperhatikan. Nasib kita sendiri, masyarakat, bangsa dan Negara bisa sangat ditentukan oleh seks. Bagaimana seorang pemimpin dan juga pasangannya bisa memberikan kesejahteraan, keamanan, keadilan, dan kesuksesan bagi semua bila memiliki kelainan jiwa dan masalah gangguan seksual. Apakah sudah memiliki pemimpin dan pasangan pemimpin yang sehat dan bebas dari ganguan jiwa serta tidak memiliki masalah gangguan seksual?! Silahkan mengamatinya.
Semoga juga tulisan ini bisa menjadi acuan untuk bahan pertimbangan di dalam memilih pemimpin yang akan datang dalam Pemilu mendatang dan dijadikan sebagai salah satu pemikiran untuk bisa melakukan tes masalah seksual dan perilaku kejiwaan seksual seorang calon pemimpin.
* Mariska Lubis – Penulis Buku “Wahai Pemimpin Bangsa!!! Belajar Dari Seks, Dong!!!”/tribun
Tags:






0 komentar:
Tuliskan Komentar Anda