SURABAYA - Pebisnis properti mengaku masih mengeluhkan mahalnya harga semen dalam negeri. Pasalnya, harga semen tersebut ditengarahi masih lebih mahal dibanding harga semen yang berkualitas internasional.
"Saya akui saat ini kebutuhan semen untuk proyek properti lebih banyak dibanding tahun lalu meski dengan harga mahal," ujar Dirut PT Surya Inti Permata Tbk, Henry J.Gunawan yang juga Ketua REI Jatim kepada beritajatim.com, Selasa (31/8/2010).
Henry menjelaskan, harga pasaran semen berkualitas internasional dijual USD 25 per 100 kilo sedangkan harga semen di pasar domestik dibadrol Rp 55 ribu per 100 kilonya.
Diakui Henry, kebutuhan semen sangat mendesak mengingat saat ini banyak proyek properti yang prospektif diperkirakan banyak dikembangkan. Tingginya laju konsusmi semen di Jatim juga lepas dari banyaknya pembangunan infrastruktur dan peluncuran proyek properti berskala besar yang sebelumnya banyak yang ditunda.
Selain itu lanjut Henry, persetujuan kredit pemilikan rumah (KPR) untuk pembelian rumah di Jatim semakin tinggi menyusul turunnya suku bunga. "Pertumbuhan KPR meningkatkan permintaan semen sebagai imbas turunnya suku bunga," tuturnya.
Artinya, bisnis properti di Jatim dan sekitarnya banyak mengembangkan proyek properti dan perumahan seperti Malang, Kediri, Jember, Sidoarjo, dan Madiun layak dicermati.
Hal senada juga dikemukakan oleh Dirut PT Graha Agung Kencana, Nurhadi, yang juga Ketua Asosiasi Perumahan dan Permukiman Indonesia (Apersi) Jatim.
Menurutnya, masih fluktuatifnya harga semen memang sangat meresahkan pebisnis properti. Karena itu, dirinya mengusulkan agar harga semen sebaiknya diserahkan ke mekanisme pasar. Sebab, apabila diatur oleh pemerintah, dapat memicu terjadinya persengkongkolan. "Sebaiknya memang serahkan saja ke pasar, tergantung supply dan demand," ujarnya.
Nurhadi juga menambahkan, kendati ke depan pertumbuhan bisnis properti menggeliat seiring membaiknya kondisi ekonomi. Dirinya juga berharap produsen semen senantiasa memacu produksinya. Hal ini dilakukan guna menghindari kurangnya pasokan semen mengingat ke depannya masih banyak sektor properti yang bakal dibangun. Misalnya, pembangunan RSh maupun apartemen.
"Sekedar ilustrasi saja target pembangunan RSh yang dipatok 12-14 ribu unit pada 2010 sulit terwujud jika pasokan semen dengan harga terjangkau belum diberlakukan," ungkapnya.
Menurut dia, data Apersi DPD Jatim mencatat realisasi pembangunan RSh di Jatim baru tercapai 6.000 unit dari targetnya sebesar 12 ribu-14 ribu unit sampai akhir tahun 2010.
Belum tercapainya pembangunan RSh itu lebih disebabkan pengembang masih berhitung lagi melanjutkan pembangunannnya seiring dengan masih mahalnya bahan bangunan seperti semen. [dny/kun/beritajatim]
Home » Ekonomi » Para Pengembang Mengeluh Mahalnya Harga Semen
Para Pengembang Mengeluh Mahalnya Harga Semen
Selasa, 31 Agustus 2010Tags:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Tuliskan Komentar Anda