WKRnews - Tak butuh rumus yang rumit untuk mencetak anak cerdas secara emosi. Melatih anak untuk membangun kebiasaan berbagi atau menolong orang lain yang membutuhkan, bisa membantunya mengembangkan empati dan kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi inilah yang menjadi penyumbang terbesar untuk mencetak anak yang sukses, bahagia termasuk membentuk karakter kepemimpinan dalam dirinya.
Psikolog Rustika Thamrin, SPsi, CHt, MTLT, menjelaskan, kecerdasan emosi memberikan kontribusi 80 persen atas kesuksesan dan kebahagiaan seseorang dalam hidupnya.
"Saat anak mengembangkan empati, dengan membangun kebiasaan berbagi, ia sedang mengembangkan kercerdasan emosinya," kata pakar
parenting yang akrab disapa Tika ini, usai talkshow "Habit of Giving = Determination to Start + Consistency", yang diadakan oleh Tango bekerjasama dengan KidZania, di KidZania, Jakarta, Kamis (20/1/2011).
Manfaat berbagiKecerdasan emosi yang dikembangkan dalam diri anak, dengan melatih kepekaan dari kebiasaan berbagi, memberi manfaat positif dalam tumbuh kembang anak. Tika menyebutkan, anak yang terbiasa berbagi dan peduli kepada orang lain memiliki kemampuan komunikasi yang lebih bagus, baik verbal maupun nonverbal. Dengan begitu, anak memiliki kemampuan kepemimpinan yang jauh lebih baik lagi.
Ketika anak memberi, kata Tika, ia sedang belajar berempati, melatih kepekaan sosial. "Saat memberi ia menempatkan dirinya pada posisi orang yang dibantu," lanjutnya. Jika karakter seperti ini sudah menjadi kebiasaan, anak akan tumbuh dengan kecerdasan emosi yang lebih matang.
Kepedulian dan kepekaan anak seperti ini bisa dilatih melalui berbagai kebiasaan kecil di keluarga. Seperti yang diterapkan oleh Yeffi Rahmawati, pekerja media, bersama anaknya, Rakha. Melalui program "Toples Perubahan", Yeffi, juara kedua lomba "Sahabat Tango Spread Miracle" mengajak anaknya menabung sisa uang jajan dalam toples. Jika toples kaca sudah penuh, mereka mencari orang lain yang membutuhkan bantuan. Langkah sederhana ini terbukti memberikan dampak positif pada diri Rakha. Yeffi menceritakan, Rakha kini justru lebih sering mengingatkan orangtuanya untuk lebih sering lagi berbagi bersama orang lain yang membutuhkan.
Ibu, terutamanya, memegang peran penting dalam membangun kebiasaan dan karakter ini, kata Tika. Selain itu dibutuhkan juga kerjasama yang kompak antara ayah dan ibu sehingga anak bisa mendapatkan teladan yang baik. Bagaimanapun anak membutuhkan
role model untuk menumbuhkan kepedulian dalam dirinya.
WAF/kompas