Home » » Laban, Pembunuh Bayaran itu Sembunyi di Hutan

Laban, Pembunuh Bayaran itu Sembunyi di Hutan

Kamis, 30 Desember 2010

SURABAYA - Menghindari kejaran polisi, Laban (36), tersangka pembunuh bayaran terhadap Joni Efendi (42), warga Klampis Harapan VII/2, lari ke kampungnya di Desa Teteona,
Kecamatan Wonggekudu, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

Masih merasa tak aman di kampung, Laban pun memutuskan kabur ke hutan rimba yang jaraknya 3 hari 3 malam berjalan kaki dari kampung.

Selama 3 tahun, bapak 2 anak itu hidup sendirian di tengah rimbunnya pepohonan dan ganasnya kehidupan hutan yang masih dihuni binatang liar. Bagaimanakah pria kecil itu dapat survive di tengah kehidupan liar hutan belantara?

"Saya makan dari berburu binatang dan buah-buahan di hutan," cerita Laban, kepada
wartawan sebelum dia menjalani rekonstruksi di Polrestabes Surabaya, Kamis (30/12/2010).

Jika buah bisa dicari dan dipetik, maka daging harus dia dapatkan dengan susah payah. Dengan bekal tombak dari kayu yang dibuatnya, Laban harus mengintai bahkan berlari dengan susah payah memburu rusa.

Tak jarang pria kurus itu harus jungkir balik untuk bisa membunuh binatang bertanduk cabang itu. Setelah Rusa dapat ditombak, Laban cepat-cepat segera memotong leher Rusa itu dengan golok sebelum tewas. Jika tak menemukan Rusa, daging ular pun jadi pilihan makanan kedua yang bisa disantap.

"Ada juga babi. Tapi saya tak mau karena haram. Saya seorang muslim," tambah Laban.

Seekor rusa, kata Laban, dagingnya bisa dia simpan sebulan hingga dua bulan. Caranya, daging tersebut terus dibakar agar tidak busuk. Untuk membuat api, pria yang di kampungnya berprofesi sebagai tabib itu menggunakan batu api atau menggesek-gesekkan bilah bambu. Makanan yang didapat disantap Laban dengan nikmat di gubuk beratap daun yang dia dirikan. Untung saja air dengan mudah didapat dari hutan hujan itu.

"Daging ya dimakan begitu saja. Tak ada garam atau bumbu lain," lanjut Laban.

Selama 3 tahun hidup di hutan, hanya 2 kali Laban pulang ke rumah melepas rindu ke istri dan anaknya. Pada kepulangan ke 2, rupanya ada tetangga Laban yang melapor ke polisi yang akhirnya berujung pada penangkapannya.

"Upah Rp 8 juta yang saya dapat saya serahkan semua ke istri. Saya sama sekali tak memegang uang itu," tandas Laban. (iwd/fat/detik)



Berita Terkait



0 komentar:

Tuliskan Komentar Anda

 
 

Photo Kegiatan

Demo di Kejaksaan Madiun Kota
Photo 1 Photo 2 Photo 3 Photo 4 Photo 5 Photo 6 Photo 7 Photo 8 Photo 9
Tim Pendakian Gunung WKR
Photo 1 Photo 2 Photo 3 Photo 4 Photo 5 Photo 6 Photo 7 Photo 8 Photo 9 Photo 10 Photo 11 Photo 12
Launching WKR
Photo 1 Photo 2 Photo 3 Photo 4 Photo 5 Photo 6

Gallery


 

Komentar Pembaca

Kategori

Artikel (38) Daerah (310) Ekonomi (139) Gaya Hidup (69) Hukum dan Kriminal (388) Info Hukum (42) Internasional (336) Jagat Jungkir Balik (97) Kesehatan (112) Korupsi News (132) Lokal Madiun (190) News Update (617) Olah Raga (177) Otomotif (38) Pendidikan (79) Politik (171) Selebriti (332) Serba-Serbi (208) Techno (183) Tips (36)

Followers

Disclaimer

wakoranews.blogspot.com tidak mempunyai file hosting pada server ini. Semua isi hosting ada pada situs web pihak ketiga. wakoranews.blogspot.com tidak bertanggung jawab untuk seluruh materi web pihak ketiga baik berupa gambar atau teks dan tidak memiliki keterlibatan di download / upload, kami hanya posting materi yang tersedia di internet dan juga kami tidak merubah sumber yang menerbitkannya. Apabila ada yang keberatan, kami akan menghapus posting yang menjadi claim.

=================================================

PERHATIAN : Semua gambar yang diposting di www.wakoranews.co.ccc hanyalah ILUSTRASI apabila ada yang keberatan kami akan menghapusnya. Terima kasih