MADIUN - Petani di Kabupaten Madiun mulai memutar otak untuk tetap membuat tanamannya subur. Salah satunya, dengan memproduksi pupuk organik. Itu seperti yang dilakukan Yarno dan Witoyo, warga Desa Babadan Lor, Balerejo. ''Pupuk juga sulit didapat. Padahal, kami tetap ingin untung saat panen,'' ungkap Yarno, kemarin (26/6).
Pupuk organik itu berbahan baku empon-empon yang dicampur air limbah. Baik sisa pembuatan tempe, air kelapa dan tetes tebu. Lalu, difermentasikan dengan alkohol dan cuka. Dalam setiap pemrosesan, jumlah pupuk berbahan alami yang mereka hasilkan sebanyak 180 liter. Sedangkan proses produksi hanya bisa dijalankan tiga bulan sekali. ''Karena wadahnya kurang,'' ungkapnya.
Witoyo, warga lainnya menambahkan, pupuk hasil produksinya itu sudah digunakan beberapa petani. Kualitas tanamannya dinilai lebih baik daripada hanya menggunakan pupuk kimia. Bahkan, bisa lebih menjaga keseimbangan kandungan tanah. ''Tanahnya lebih subur, saat dibajak lebih gembur,'' terangnya.
Hasil olahan pupuk itu belum diteliti di laboratorium. Itu, tentang kandungan dan unsur di dalamnya. ''Dulu sempat ada pelatihan pembuatan pupuk organik dengan menggunakan bahan baku sama. Itu yang diterapkan,'' tutur Witoyo.
Sementara itu, Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Madiun, Suharno menjelaskan, saat ini minat petani memanfaatkan pupuk organik meningkat. Salah satu penyebabnya, harga pupuk kimia naik. ''Memang seharusnya begitu (memanfaatkan pupuk organik, Red) agar tidak merusak kesuburan tanah,'' kata Suharno.
Saat ini, tambahnya, lahan pertanian di wilayahnya kritis. Lantaran, terlalu banyak diberi pupuk kimia. Maka, untuk menjaga keseimbangan unsur hara di dalam tanah, tegasnya, tidak ada cara lain selain pemanfaatan pupuk berbahan alami. Baik yang diproduksi sendiri maupun disubsidi pemerintah. (fik/irw/rdm)
Home » Lokal Madiun » Harga Naik, Petani Produksi Pupuk Organik
Harga Naik, Petani Produksi Pupuk Organik
Minggu, 27 Juni 2010Tags:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Tuliskan Komentar Anda